Membangun Daerah, Belajar Dari Bupati Morowali
Cari Berita

Iklan 970x90px

Membangun Daerah, Belajar Dari Bupati Morowali

Sabtu, 19 Oktober 2024

 

Dosen Universitas Mbojo Bima 


Foto: Billy Pelopor NTB 

Penulis : Ady Ardyansah

(Akademisi Kebijakan Publik Universitas Mbojo Bima, Pengajar Perilaku Organisasi)


Bima, Peloporntb.com - Tulisan ini tidak bersifat emosional apalagi sentimen kepada siapapun dan dimanapun, bagi seseorang pejabat publik, saran dan kritik akan selalu di tunjukan kepadanya, sebagai akuntabilitas akan kinerjanya. Pribadi seorang penjabat publik juga melekat dengan kebijkan dan programnya, maka ketika mengkritik programnya, pribadinya juga akan melekat padanya.


Saat cerita ini disampaikan periode kedua sang Bupati terpilih kembali. “ Saya andalkan kekuatan saya, saya andalkan pikiran saya, saya andalkan jaringan saya, 5 tahun rasa – rasanya tidak ada kemajuan yang berarti selama  memimpin Morowali “, pinta sang Bupati dalam sebuah vidio, di akuinya dengan jujur. Di tuturkan lebih jauh, “ pada suatu kesempatan bertemu dengan salah seorang sahabat yang merupakan seorang ustazt, lanjutnya, pak Bupati jika ingin membangun Morowali cobalah makmurkan masjid”, pesan sang ustaz. “ Bagaiman caranya ustazt “, tanya sang Bupati penasaran. “ Terapinya adalah 40 hari secara berturut - turut tidak boleh ketinggalan takbiratul ulah sholat berjamaah di Masjid ” , pinta sang ustazt. Sang Bupati terebut dengan nada cetus “ berat juga itu ustazt ” . “ Jika pada hari ke 39 takburtul ula, maka batal terapi itu “, jelas sang ustazt. “ Sejak saat itu saya merasa kuat dalam membangun daerah”, pinta sang Bupati. Maka mulai saat itu dimulai dengan program Morowali berjamaah “, lanjutnya, “ sembahlah Aku di rumah Ku kata Allah, maka saya hilangkan rasa laparmu dan saya hilangkan rasa takutmu, demikianlah kata Allah dalam satu surat Al Qur’an “, pinta sang Bupati berpesan. 


Sebagai seorang doktor ilmu pemerintahan sang Bupati mencoba menghubungkan dengan teori pemerintahan yang cukup populer dikalangan sarjana ilmu pemerintahan Reinventing Goverment karya David Osborne (1992), “ disebutkan bahwa tugas pemerintah itu ada dua, yaitu prosperty dan security, atau kemakmuran/kesejahteraan dan keamanan, ternyata ada dalam Al Qur’an “, pintanya. “ Saya (Allah) hilagnkan rasa laparmu berarti itu kesejahteraan, dan yang kedua Saya (Allah) hilangkan rasa takutmu, berarti aman. Penyakit kita itu ada dua, lapar dan takut, sejak saat itulah Morowali itu berubah “. Tuturnya.


Apa yang dituturkan sang Bupati Morowali, dapat kita lihat dalam surat Al Qurays ayat (3)  maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), dan ayat (4) yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut. Boleh jadi dalam membangun daerah tidak perlu konsep dan cita – cita yang muluk – muluk, karena sejatinya perangkatnya sudah ada dan bahkan sudah disiapkan oleh orang – orang ahli yang bersama kita dalam mengawali kepemimpinan kita, di sana ada staf ahli, staf khsusus, akademisi bahkan para tokoh spiritualitas pun ada bersama kita. Hanya saja yang dibutuhkan sikap kita dan komitmen yang kuat untuk membangun daerah dengan dengan konsep atau program yang kita bawa, pada akhirnya tujuan utamanya untuk kesejahteraan, dan rakyatlah yang menjadi obyek perhatian kita.


Jika dikaitkan dengan konsep perilaku organisasi, ternyata dari ulasan kisah sang Bupati Morowali memberikan pelajaran bahwa perilaku kita akan membawa dampak bagi  daerah atau organisasi yang kita pimpin.  Pemimpin adalah pengaruh, pengaruh perilaku seorang pemimpin terhadap organisasi/daerah yang di pimpin akan berdampak, baik secara personal/individu maupun secara kolektiv/kelompok. Oleh karena demikian jadilah pemimpin  yang dapat membangun daerah dengan membangun perilaku yang berdampak bagi kemajuan daerah.


Belajar dari apa yang dilakukan oleh sang Bupati mungkin saja pernah dilakukan oleh daerah lain dalam konpsepnya atau bahkan programnya, ada program jum’at khusuk, magrib mengaji, membumikan Al Qur’an, namun rasa – rasanya tidak membawa dampak yang besar bagi daerah untuk sebuah kemajuan atau kemakmuran/kesejahteraan. Hal ini dapat saja terjadi bahwa sebuah arah pembanguan daerah dalam kebijakan atau programnya tidak berhenti pada formulasinya (perumusan) saja, lebih dari itu ada tahap berikutnya yaitu implementasinya, yang membutuhkan komitmen, disiplin dan sikap kita untuk bersungguh – sungguh menerapkannya untuk  kemudian di evaluasi, sebagaimana dalam siklus kebijakan publik yang umumnya diketahui yaitu formulasi, impelementasi dan evaluasi. 


Siklus tersebut dapat saja berlaku pada organisasi manapun apalagi organisasi pemerintahan, bahwa program yang kita susun sejatinya lebih penting dapat kita impelentasikan atau realisasikan. Disinilah perilaku kita akan di uji sebagai seorang pemimpin, boleh jadi konsep sudah bagus tetapi pelaksanaanya tidak maksimal, dan sebaliknya konsep biasa – biasa saja, tetapi dilaksanakan dengan maksimal, mungkin saja itu yang dilakukan bupati morowali, hanya sekedar Morowali berjam’ah, tetapi dilaksanakan dengan konsisten dan komitmen yang tinggi. Oleh karena sikap kita yang mengabaikanya, sehingga program yang bagus pun di rasa gagal. 


Jika saja program membumikan Al Qur’an dapat saja dilakukan 10 menit sebelum kerja di kantor dapat mencotohkan membaca Al Qur’an bersama para pegawai, dan 10 menit sebelum pulang kantor. Dan itu harus dimulai dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin secara konsisten bersama para pegawainya. Hemat penulis keadaan itu dapat saja di terapkan pada berbagai organisasi, seperti sekolah, kampus, dan organisasi lainya, jika saja seorang pemimpinya mau melaksanakanya.


Tidak ada kata lain hemat penulis, perilaku seorang pemimpin akan membawa dampak, baik kemajuan atau kemunduran bagi daerah yang di pimpinya. Bupati Morowali jika programanya Morowali berjam’ah, maka barisan terdepan adalah Bupatinya ketika melaksanakan sholat berjama’ah, bahkan sesekali dapat menjadi imam sholat, demikianlah adanya pemimpin, dan itulah yang dilakukan oleh Bupati Morowali, bagaimana dengan Bupati kita hari ini, jawabannya ada pada masing – masing hati dan perasaan kita, bahkan pengalaman kita. Ke depan semoga lahir pemimpin daerah atau kepala daerah seperti Bupati  Morowali, yang tidak hanya fasih beretorika tetapi programnya dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.


Pemimpin yang kita pilih adalah harapan kita untuk membawa kehidupan yang lebih baik. Sang pemimpinlah yang menjadi sentra perhatian kita, pusat pengaruh dalam menata organisasi kecil, maupun besar agar menjadi lebih baik. Kekuatan membangun daerah ada pada kepala daerah, sebagai inspirasi, motivasi, bahkan representasi dari perilaku masyarakatnya. Semoga kedepan lahir pemimpin – pemimpin daerah seperti Bupati Morowali yang telah mengajarkan kesolehan sosial, disiplin, kebersamaan, komitmen yang tinggi dalam membangun daerahnya dimulai dari program memakmurkan Masjid, karena sejatinya sebagai seorang muslim peradaban di mulai dari Masjid, di mana Masjid menjadi pusat kemajuan dan peradaban. 


Jika saja kehidupan keluarga seperti pola yang dicontohkan oleh sang Bupati dapat kita terapkan dalam kehidupan berkeluarga, maka boleh jadi keluarga kita adalah keluarga yang sejahtera dan aman. Dengan kata lain perilaku pemimpin menjadi pusat perhatian dan pusat pengaruh bagi kemajuan organsiasi atau kesejahteraan anggota organsiasi.


Itulah yang dilakukan oleh Bupati Morowali bapak Dr. H.Anwar Hafid, M.Si., yang saat ini telah menjadi anggota DPR RI (2024 – 2029) Politisi partai Demokrat daerah pemilihan sulawesi tengah. Menjadi Bupati Morowali sejak tahun 2007 hingga 2018. Hemat penulis sangat menginspirasi bagi kita putra daerah jika dipercaya menjadi pemimpin kelak, maka jadilah sebagaimana Bupati Morowali memimpin dan bekerja. Dari Masjid membangun daerah yang lebih baik, maka Masjid menjadi pusat dimulainya kemajuan daerah. 


Semoga tulisan sederhana ini menggugah semangat kita untuk menjadi dan menentukan pilihan pemimpin yang dapat menjadi tauladan bagi kita untuk kemajuan daerah. Pola - pola kepemimpinan seperti ini tentunya akan berlaku pada setiap organisasi yang ada, entah kita sebagai kepala sekolah, kepala dinas, kepala Universitas (Rektor), bisa jadi pola yang dilakukan oleh sang Bupati Morowali adalah obat bagi kemajuan daerah atau kemajuan organisasi yang di pimpin. (Bil-01)